Perbedaan Hasil Hematokrit Metode Mikro menggunakan Antikoagulan Alternatif Bawang Putih Volume 35, 40, dan 45 Mikroliter
Abstract
Salah satu pemeriksaan hematologi yang digunakan sebagai penegak diagnosis, skrining DBD, anemia, dan polisitemia adalah pemeriksaan hematokrit. Antikoagulan yang biasa digunakan adalah EDTA. Bawang putih adalah salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai antikoagulan alternatif, karena mengandung senyawa ajoene yang berkontribusi dalam aksi antikoagulan, mengingat daerah terpencil susah untuk mendapatkan antikoagulan. Perbandingan volume antikoagulan alternatif bawang putih dengan darah harus tepat karena mempengaruhi nilai hematokrit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan apakah ada perbedaan dalam hasil hematokrit metode mikro dengan antikoagulan bawang putih volume 35 μL, 40 μL, dan 45 μL. Desain penelitian adalah eksperimen dengan uji statistik menggunakan uji One Way Anova. Hasil penelitian menunjukan rerata nilai hematokrit pada antikoagulan alternatif bawang putih dengan volume 35 µL sebesar 41,67%, 40µL sebesar 40,78%, 45 µL sebesar 38,67% sedangkan rerata nilai hematokrit dengan antikoagulan EDTA sebesar 41,67%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan volume antikoagulan alternatif bawang putih volume 35µL, 40µL dan 45µL terhadap hasil pemeriksaan hematokrit yang ditunjukan dari nilai p > 0,05 yaitu 0,125
Downloads
References
Annas, Z. R. (2017). Pengaruh Variasi Konsentrasi dan Volume Antikoagulan EDTA Terhadap Hasil Hematokrit Metode Mikro (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang).
Faudziah, Linda. 2018. Perbandingan penggunaan antikoagulan edta dan filtrat bawang putih (allium sativum) sebagai antikoagulan alternatif terhadap keutuhan dinding sel leukosit. Skripsi. Fakultas Ilmu Keperawatan Dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang.
Fahrizal, A. A. (2020). GAMBARAN UKURAN LEUKOSIT MENGGUNAKAN FILTRAT BAWANG PUTIH SEGERA DAN DITUNDA DALAM 3 JAM (Doctoral dissertation, UNIMUS).
Gandasoebrata, R., 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat, Jakarta.
Hernawan, UE & Setyawan, AD 2003, Review: ‘Senyawa Organosulfur Bawang Putih (Allium sativum L.) dan Aktivitas Biologinya’, Biofarmasi, vol.1, no. 2, hal 65-76.
Imelda, M., & Kurniawan, S. (2013). Peranan Garlic ( Bawang Putih ) pada Pengelolaan Hipertensi, 40(10), 746–750.
Maharani, dkk. 2017. Perbedaan Hasil Pemeriksaan Mikro Hematokrit Menggunakan EDTA 5% dan 10%. Jurnal Insan Cendekia. Volume 5 No.1 Maret 2017
Santosa, B. & Waenah., 2005. Perbedaan Hasil Hematokrit Metode Mikro pada Darah yang Menggunakan Antikoagulan EDTA 10µl dan 50µl pada Konsentrasi 10 %. Litbang Universitas Muhammadiyah Semarang
Copyright (c) 2024 Nurul Hadiatun
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.